PESAN IMAM AL-GHAZALI UNTUK PARA PELAJAR
Syaikhul
‘Alim al-’Allamah, Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin
Muhammad al-Ghazali at-Thusiy adalah nama lengkap Imam Al-Ghazali. Beliau
adalah seorang ilmuwan ternama yang lahir di Thus, Khurasan (kira-kira 10 mil
dari Naisabur, Persia) pada tahun 450 Hijriah. Di
kalangan umat Islam ia lebih dikenal dengan nama Imam Ghazali, sedangkan di
kalangan intelektual Barat dia lebih masyhur dengan nama Profesor Gazelle.
Oleh: Abunabiel Al-Faqier dari Berbagai Sumber
Imam Al-Ghazali pernah menjadi Guru Besar dan rektor pada
Perguruan Tinggi Syafi’iyah “An-Nizamiyah” di Baghdad pada tahun 484 Hijriah. Dalam kitabnya
“Bidayatul Hidayah”, Imam Al-Ghazali menyampaikan pesan yang sangat
mendalam buat para pelajar yang menimba ilmu pengetahuan agar tidak terjeremus
ke dalam ilmu yang sia-sia dan tak bermanfaat. Berikut petikan pesan beliau:
“Wahai para pelajar yang sedang berkecimpung dalam
menuntut ilmu pengetahuan, yang sedang mengabdi dan menggandrungi ilmu,
ketahuilah! Sesungguhnya kamu saat sekarang baru berada di tengah-tengah
samudera yang luas, yang sedang kamu arungi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan
memperdalamnya.”
“Ibarat orang berdagang, maka ‘akad jual-beli yang
demikian adalah mendatangkan kerugian yang besar. Di samping dirimu sendiri
rugi, orang yang telah mendidikmu akan merasa rugi pula, sebab mereka merasa
telah memberikan pertolongan kearah maksiat, menuju jurang kehancuran.
Ibarat seorang penjual senjata, dia telah menjualnya
kepada seorang penjahat di tengah jalan, senjata tersebut digunakan untuk
menodong penjual itu sendiri. Demikian nasib gurumu apabila niatmu keliru di
dalam menuntut ilmu pengetahuan.”
“Apabila niat dan tujuanmu di dalam menuntut ilmu
semata-mata mencari keridhaan Allah, maka berbahagialah. Karena sesungguhnya
para Malaikat membentangkan sayapnya, demikian juga ikan-ikan di tengah
samudera meminta keridhaan dan kasih sayang Allah buatmu, sehingga segala
tindak langkah yang kamu tempuh selalu dalam naungan ridha dan ampunan-Nya.”
“Sebelum kamu belajar, hendaknya terlebih dahulu kamu
bersihkan hatimu dari segala kemaksiatan dan kemalasan. Ketahuilah! Apabila
hatimu masih berusaha untuk menunda-nunda kesempatan baik, maka sesungguhnya
hatimu telah dipengaruhi oleh hawa nafsu, emosi, dan dorongan syetan yang
terkutuk. Syetan yang telah mempermainkan hatimu agar selalu …
berada
di jurang kesesatan dan kemaksiatan. Syetan yang telah membisikkan di telingamu
agar tidak mengutamakan ilmu pengetahuan. Syetan yang telah memperdayamu dengan
tipu daya dan irama-irama agar engkau berilmu tapi berada dalam kesesatan.”
"Ilmu itu cahaya" dan hakekat ilmu itu bukanlah menumpuknya
wawasan pengetahuan pada diri seseorang, tetapi ilmu itu adalah cahaya yang
bersemayam dalam kalbu.
Kedudukan ilmu dalam Islam sangatlah penting. Rasulullah saw., bersabda:
"Sesungguhnya Allah swt., para malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi
hingga semut dalam tanah, serta ikan di lautan benar-benar mendoakan bagi
pengajar kebaikan". (HR. Tirmidzi). Nabi juga bersabda: "Terdapat dua
golongan dari umatku, apabila keduanya baik, maka manusia pun menjadi baik dan
jika keduanya rusak maka rusaklah semuanya, yakni golongan penguasa dan
ulama" (HR. Ibnu 'Abdil Barr dan Abu Naim dengan sanad yang lemah).
Mengingat kedudukan ilmu yang penting itu, maka menuntut ilmu
adalah ibadah, memahaminya adalah wujud takut kepada Allah, mengkajinya
adalah jihad, mengajarkannya adalah sedekah dan mengingatnya adalah
tasbih.
Dengan ilmu, manusia akan mengenal Allah dan menyembah-Nya. Dengan
ilmu, mereka akan bertauhid dan memuja-Nya. Dengan ilmu, Allah meninggikan
derajat segolongan manusia atas lainnya dan menjadikan mereka pelopor
peradaban.
Oleh karena itu, sebelum menetapkan hati untuk menuntut
ilmu, Imam al-Ghazali menyarankan agar para pelajar membersihkan jiwa dan
hatinya dari akhlak tercela. Sebab ilmu merupakan ibadah kalbu dan salah satu
bentuk pendekatan batin kepada Allah Subhanahuwata'alaa.
Sebagaimana shalat itu tidak sah kecuali dengan
membersihkan diri dari hadats dan kotoran, demikian juga ibadah batin dan
pembangunan kalbu dengan ilmu, akan selalu gagal jika berbagai prilaku buruk
dan akhlak tercela tidak dibersihkan. Sebab kalbu yang sehat akan menjamin
keselamatan manusia, sedangkan kalbu yang sakit akan menjerumuskannya pada
kehancuran yang abadi. Penyakit kalbu diawali dengan ketidaktahuan tentang Sang
Khalik (al-jahlu billah), dan bertambah parah dengan mengikuti hawa
nafsu. Sedangkan kalbu yang sehat diawali dengan mengenal Allah (ma'rifatullah),
dan vitaminnya adalah mengendalikan nafsu.
Wahai anakku yang termasuk bagian dari nasihat apa yang disampaikan
oleh rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam adalah "Tanda
berpalingnya Allah dari seorang hamba adalah apabila disibukannya hamba
tersebut dengan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi dirinya. Orang yang
kehilangan masa usianya yang tidak digunkan untuk ibadah, maka pasti ia akan
mengalami penyesalan yang berkepanjangan. Barangsiapa yang sudah berumur 40
tahun, di mana kebaikannya tidak bisa menutupi keburukannya, maka
bersiap-siaplah ia masuk ke dalam neraka.”
Nasehat ini cukup bagi orang-orang yang beriman. Wahai
anakku, nasehat itu mudah yang sulit adalah menerima dan menjalankan nasehat
tersebut.
Bagi orang yang suka menuruti bahwa nafsunya, nasehat itu
terasa sangat pahit karena hal-hal yang dilarang oleh agama sangat disukai
dalam hatinya. Inilah beberapa nasehat Imam Al-Ghazali, camkan dan renungkanlah
!. Semoga nasehat ini menmbah ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu
wata'alaa.
1. Amalakan Ilmumu.
Ilmu adalah harta yang paling berharga diantara harta-harta yang ada
di dunia ini. Allah meninggikan derajat orang-orang yang berilmu. Seseorang yang
memiliki ilmu kemudian ilmu itu ia amalkan maka akan membawa kebaikan dan
keberkahan baginya baik di dunia maupun di akhirat.
Bagi yang menuntut ilmu tetapi tidak diamalkan ilmunya tapi digunakan
untuk menunjukan kehebatan dan kekuatan dirinya serta untuk tujuan hal-hal yang
berbau keduniaan, maka ilmunya itu hanya akan jadi sia-sia. Yakinlah
sesungguhnya ilmu yang tidak diamalkan pasti tidak ada paedahnya.
Amlakanlah ilmu walupun sedikit yang kita miliki. Sampaikanlah ilmu
itu walu satu ayat, karena ilmu adalah pelita yang dapat menjadi penerang bagi
orang yang sedang berada dalam kegelapan.
2. JANGANLAH Niat
Menuntut Ilmu untuk Mencari Keduniaan.
Saat menjelang ujian tiba berapa banyak malam yang kita gunkan untuk
mempelajari ilmu sampai kita tidak tidur. Kita begitu semangat untuk belajar.
Menghapal rumus-rumus dan materi perkuliahan lainnya menjadi kebiasaan. Jika
semangat dalam belajar itu untuk tujuan mencari materi atau menarik kebutuhan
duniawi atau meraih kedudukan dalam hal pangkat keduniaan atau kebanggaan diri
di hadapan manusia, maka kerusakan diri pasti akan kita rasakan.
Jika niat kita belajara semata-mata untuk menghidupkan syariat nabi
Muhammad dan membersihkan akhlak serta mengalahkan nafsu amarah yang selalu
mengajak pada perbuatan jahat, kita tentu akan merasakan kebahagiaan dan keuntungan.
Jagalah niat kita dalam menuntut ilmu semata-mata hanya untuk mencari ridha Allah
dan menjemput kemuliaan yang telah di janjikannya.
3. Ingatlah Akan
Kubur.
Dunia ini hanyalah tempat persinggahan sementara. Kematian akan
memisahkan kita dengan dunia yang sering membuat manusia terlena. Kemudian kita
akan sampai pada sebuah tempat yang paling ditakuti banyak manusia, yaitu alam
kubur. Jika dunia ini begitu lapang, selalu indah, mempesona dan enak dipandang
mata, tidak demikian halnya dengan alam kubur. Alam Kubur sangat sempit,
pengap, gelap dan penuh dengan binatang yang akan mengurai jasad tubuh kita.
Jika didunia seseorang beriman dan beramal shaleh, mengikuti segala
perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah, maka ia akan merasakan
kuburnya lapang dan terang. Tapi tidak demikian halnya bagi yang selama di
dunia ingkar kepada Allah. Kuburnya sempit, gelap, dan binatang-binatang
penghuni tanah akan segera mengurai jasadnya. Di alam kubur ini ia akan
menerima sebagian siksa alloh akibat perbuatan buruknya selama di dunia.
4. Bertahajudlah
Setiap Malam.
Pada sebagaian malam bertahajudlah sebagai bentuk ibadah tambahan bagi
kita. Seretlah kaki ini melangkah menuju tempat wudhu kemudian paksakan lutut
kita berdiri kokoh walau kantuk begitu munguasai. Rasulullah bersabda,”Wahai
pulan, janganlah engkau banyak tidur malam, sbab orang yang banyaka tidur malam
itu bisa menjadikan pakir pada hari kiamat”.
Tatkala manusia berselimut mimpi pada malam yang begitu gulita,
panjatkanlah do’a dan mohon ampun lah kepada Allah. Karena allah sangat
menyukai hambanya yang mendirikan shalat, membaca Al-Qur’an dan berdo’a di
sepertiga malam terakhir.
5. Sesuaikan
Perkataan dg. perbuatan.
Sesuaikan perkataan dengan perbuatan dan hati menjaga lisan. Allah
sangat membenci hambanya yang mengatakan seusuatu tetapi tidak dilakukan dan
tidak di amalakannya.
Sesungguhnya lisan yang tidak dikendalikan ucapannya dan hati yang
tertutup oleh luapan syahwat merupakan tanda kerusakan. Olehkarena itu jagalah
nafsu lisan dengan bertaqarrub kepada allah. Keluarkanlah perkataan yang
baik-baik saja atau kalau tidak lebih baik diam.
6. Berqarublah Kepada
Allah.
Sesungguhnya alloh sangat dekat dengan kita, namun hal ini sering
tidak kita sadari. Kita merasa jauh dari alloh,padahal jika kita melangkah
kepada allah, alloh akan menghampiri kita. Kita akan merasa tentram dan tenang
jika bertaqarub kepada alloh. Ada
empat hal yang harus dilakukan oleh manusia yang menempuh jalan taqarub
(kedekatan) kepada alloh yaitu:
-
Punya keyakinan yang benar kepada Allah dan jauh dari
bid’ah.
-
Melakukan taubat nasuha dan bertekad untuk tidak
mengulangi lagi kemaksiatan.
-
Minta keridhaan orang yang pernah menjadi musuh kita.
-
Belajar ilmu agama supaya bias menjalankan perintah allah
dengan benar.
7. Carilah Guru dalam
Bertaqarub Kepada Allah.
Apabila kita ingin memperbaiki akhlak, beribadah dan mencari kedekatan
dengan Allah maka kita harus memiliki seorang guru yang dapat menunjukan dan
juga dapat mengeluarkan kita dari belenggu kebodohan dan membawa kita kepada
akhlak yang mulia agar tidak tersesat maka tidak sembarang orang mejadi guru.
Adapun syarat menjadi guru yang pantas kita turuti antara lain:
a. Alim,
Ciri-ciri orang yang alim ia berpaling dari kesenangan duniawi, ia tidak
menyukai pangkat dan kedudukan. Ia juga mempunyai seorang guru alim yang sangat
hati-hati terhadap barang subhat dan haram. Gurunya mempunyai gurunya lagi yang
alim pula sehingga menyambung terus menerus.
b. Berakhlak Mulia. yaitu guru yang mampu
mengendalikan nafsunya, sedikit makannya, berbicara dan tidurnya. Ia
memperbanyak ibadah wajib dan sunnah.
8. Empat Perkara Harus
Dilakukan.
Ada empatperkara yang seharunya
dilakukan, yaitu:
- Jadikan hubungan dg.
Allah seperti seorang budak dengan tuannya.
- Apabila kita
berhubungan dengan manusia, tanamkan perasaan senang di hati kepada mereka
seperti kita menyenangi diri kita sendiri.
- Ketika mempelajari
suatu ilmu, sebaiknya ilmu yang kita pelajari adalah ilmu yang bias membuat
hati kita menjadi baik dan membersihkan diri dari kemaksiatan.
- Jangan mengumpulkan
harta dunia seolah-olah kita akan kekal di dunia ini. Tapi kumpulkan lah bekal
akhirat dimana disanalah tempat kita abadi.
9. Jangan Lupa
Mendo’akan Orang Tua dan Guru.
Orang tua dan guru adalah orang yang paling
berjasa dalam hidup kita merekalah orang-orang yang tidak pamrih mengharapkan
kita berhasil dalam hidup ini. Tanpa mereka kita bukanlah apa-apa dan bukan
pula siapa-siapa. Setiap kali berdo’a kepada alloh, sisipkanlah sepucuk pinta
untuk mereka. Semoga Bermanfaat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar